Nasional
Alasan Pelaku Penembak Polisi di Poso
Para pelaku dendam karena tindakan kepolisian yang menangkap pimpinan mereka.
Selasa, 14 Juni 2011, 17:40 WIB
Muhammad Hasits, Fadila Fikriani Armadita "Adanya rasa dendam mereka kepada polri," kata Kepala Divisi Humas, Mabes Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta, Selasa, 14 Juni 2011.
Anton menambahkan, para pelaku selama ini merasa dendam karena tindakan kepolisian yang menangkap pimpinan mereka seperti Dr Azahari, Dulmatin, dan Urwah. Karena itulah, para pelaku itu melakukan aksi nekat dengan menembaki polisi. Selain unsur dendam, ada unsur lain yang melatarbelakangi.
"Kedua, radikal yang mereka pahami, ini juga didapat dari kelompok Jamaah Islamiyah yang pernah masuk ke poso," ujar Anton.
Dia menjelaskan, dalam kelompok Jamaah Islamiyah, wajib hukumnya di Indonesia mengangkat senjata. Selain itu, adanya rasa percaya diri baik kelompok maupun perorangan. "Mereka ada dua kali pelatihan paramiliter," jelas Anton.
Latihan itu dilakukan pertama kali di Pegunungan Biru, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso pada 2010. Kedua, mereka melakukan latihan pada 15-18 Mei 2011. "Dan pada tanggal 25 Mei mereka menembak," terang Anton.
Polisi menduga, lima orang yang tertangkap di Poso tersebut mempunyai hubungan dengan teroris Solo, Cirebon, dan Kutai. "Mereka melakukan latihan militer, membuat dan merakit bom di Poso, Sulteng," ucapnya.
Selain itu, tujuan melakukan penembakan untuk mengumpulkan senjata serta menyusun kekuatan. Sasarannya tak lain adalah petugas-petugas kepolisian.
Setelah mengumpulkan senjata, mereka akan melakukan penyusunan kekuatan untuk melakukan amaliyah. "Polisi di Palu jadi sasaran karena mayoritas polisi di lapangan membawa senjata laras panjang," kata Anton.
Selain menangkap lima orang, polisi juga menyita empat pucuk senjata laras panjang jenis M16, 2 senjata V2 Sabhara milik polisi yang ketika itu dirampas, 51 amunisi kaliber 5,56 milimeter, dan 17 butir amunisi. Lima orang yang tertangkap adalah; Aryanto Haluta, Rafli, Anang Muhtadin, Maman Susanto, dan Ali Miftah. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar